Pernahkah di benak Anda terlintas pemikiran
“setinggi apa derajat kesehatan masyarakat pada ekonomi menengah ke bawah?”
Pernahkah Anda menyadari bahwa perilaku mereka
mungkin masih jauh dari kata “sehat” ?
Tahukah Anda bahwa masih banyak masyarakat Indonesia
yang tidak terpapar pengetahuan penyakit dan cara mencegahnya?
Apakah diri kita sendiri sudah melakukan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) ?
Ini bukan hanya asumsi semata dan memang inilah yang
terjadi pada masyarakat Indonesia, bahwa masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui bagaimana berperilaku sehat.
Di satu desa yang pernah saya kunjungi, kala itu ada
ibu-ibu yang sedang mencuci di kali, namun di bagian sisi kali yang lain
ternyata ada seorang anak yang sedang buang air besar. Anak tersebut BAB di
bagian sisi kali yang airnya mengalir ke tempat ibu-ibu tersebut mencuci. Apa yang
Anda pikirkan?
Bukankah hal ini merupakan suatu yang dapat
menyebabkan penyakit?
Apa sebenarnya yang menyebabkan perilaku ini masih
terjadi di masyarakat Indonesia terutama di desa terpencil?
Dengan perkembangan zaman yang begitu cepat, arus
globalisasi yang begitu dahsyat, kita masih bisa menemukan perilaku tidak sehat
di lingkungan kita.
Menurut H.L. Bloom dalam Notoatmodjo (2013) bahwa
derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh 4 faktor yaitu: perilaku;
lingkungan; pelayanan kesehatan; dan hereditas (genetik).
Tentu kita dapat menyimpulkan bahwa status kesehatan
masyarakat dapat dilihat berdasarkan lingkungan dan perilakunya.
Contoh diatas dapat menggambarkan bahwa di desa-desa
terpencil, status kesehatan masyarakat masih rendah.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Seperti yang sudah disebutkan pada teori diatas,
bahwa perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik dapat menyebabkan
rendahnya status kesehatan.
Sebelum membahas tentang perilaku tidak sehat, tentu
saya akan menjelaskan definisi perilaku.
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005) merumuskan
bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan
respon. Artinya, bahwa suatu perilaku dapat terjadi apabila ada stimulus.
Respon maksudnya adalah tindakan hasil stimulus yang menyebabkan perilaku itu
terjadi.
Lantas apa penyebab perilaku tidak sehat?
Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojo (2011)
menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu fakor predisposisi
(pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya),
faktor pendukung (tersedianya sarana kesehatan, pelayanan kesehatan,
tersedianya sumber daya, aturan dan hukum), dan faktor pendorong (sikap dan
perilaku petugas kesehatan sebagai kelompok yang menjadi contoh dari perilaku
masyarakat serta orang-orang yang menjadi panutan seperti tokoh masyarakat,
orang tua, saudara kandung dan teman sebaya).
Menurut Green, salah satu permasalahan perilaku
dapat disebabkan oleh pengetahuan yang minim.
Jadi bukankah, masyarakat menengah ke bawah bisa
dikatakan kurang keterpaparan informasi?
Saya pernah bertanya ke salah satu ibu di desa X,
mengapa beliau masih melakukan perilaku tidak sehat (jarang mencuci tangan
sebelum dan sesudah aktivitas, BAB di Kali, dan membuang sampah di halaman
rumah). Dan ya jawaban ibu tersebut adalah bahwa itu sudah menjadi kebiasaan
dan mereka tidak mengetahui bahwa hal tersebut ternyata dapat menjadi sumber
penyakit.
Tindakan apa yang dapat diambil untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah ini?
Petugas kesehatan, masyarakat, pengambil kebijakan
dan organisasi-organisasi swasta bidang kesehatan harus turut serta membangun
semangat masyarakat untuk berperilaku sehat. Langkah awal dapat dilakukan
dengan program-program peduli lingkungan di pelosok sambil memberikan
pendidikan perilaku untuk mengubah kebiasaan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar