Selasa, 01 Desember 2015

Lingkungan Tidak Sehat di Sekitar Kita

Pernahkah di benak Anda terlintas pemikiran “setinggi apa derajat kesehatan masyarakat pada ekonomi menengah ke bawah?”

Pernahkah Anda menyadari bahwa perilaku mereka mungkin masih jauh dari kata “sehat” ?

Tahukah Anda bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak terpapar pengetahuan penyakit dan cara mencegahnya?

Apakah diri kita sendiri sudah melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) ?

Ini bukan hanya asumsi semata dan memang inilah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, bahwa masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana berperilaku sehat.
Di satu desa yang pernah saya kunjungi, kala itu ada ibu-ibu yang sedang mencuci di kali, namun di bagian sisi kali yang lain ternyata ada seorang anak yang sedang buang air besar. Anak tersebut BAB di bagian sisi kali yang airnya mengalir ke tempat ibu-ibu tersebut mencuci. Apa yang Anda pikirkan?

Bukankah hal ini merupakan suatu yang dapat menyebabkan penyakit?

Apa sebenarnya yang menyebabkan perilaku ini masih terjadi di masyarakat Indonesia terutama di desa terpencil? 
Dengan perkembangan zaman yang begitu cepat, arus globalisasi yang begitu dahsyat, kita masih bisa menemukan perilaku tidak sehat di lingkungan kita. 
Menurut H.L. Bloom dalam Notoatmodjo (2013) bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh 4 faktor yaitu: perilaku; lingkungan; pelayanan kesehatan; dan hereditas (genetik).
Tentu kita dapat menyimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan lingkungan dan perilakunya.
Contoh diatas dapat menggambarkan bahwa di desa-desa terpencil, status kesehatan masyarakat masih rendah.

Mengapa hal itu bisa terjadi?
Seperti yang sudah disebutkan pada teori diatas, bahwa perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik dapat menyebabkan rendahnya status kesehatan.
Sebelum membahas tentang perilaku tidak sehat, tentu saya akan menjelaskan definisi perilaku.
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005) merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon. Artinya, bahwa suatu perilaku dapat terjadi apabila ada stimulus. Respon maksudnya adalah tindakan hasil stimulus yang menyebabkan perilaku itu terjadi.

Lantas apa penyebab perilaku tidak sehat?
Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojo (2011) menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu fakor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya), faktor pendukung (tersedianya sarana kesehatan, pelayanan kesehatan, tersedianya sumber daya, aturan dan hukum), dan faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan sebagai kelompok yang menjadi contoh dari perilaku masyarakat serta orang-orang yang menjadi panutan seperti tokoh masyarakat, orang tua, saudara kandung dan teman sebaya).

Menurut Green, salah satu permasalahan perilaku dapat disebabkan oleh pengetahuan yang minim.
Jadi bukankah, masyarakat menengah ke bawah bisa dikatakan kurang keterpaparan informasi?
Saya pernah bertanya ke salah satu ibu di desa X, mengapa beliau masih melakukan perilaku tidak sehat (jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas, BAB di Kali, dan membuang sampah di halaman rumah). Dan ya jawaban ibu tersebut adalah bahwa itu sudah menjadi kebiasaan dan mereka tidak mengetahui bahwa hal tersebut ternyata dapat menjadi sumber penyakit. 


Tindakan apa yang dapat diambil untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah ini?
Petugas kesehatan, masyarakat, pengambil kebijakan dan organisasi-organisasi swasta bidang kesehatan harus turut serta membangun semangat masyarakat untuk berperilaku sehat. Langkah awal dapat dilakukan dengan program-program peduli lingkungan di pelosok sambil memberikan pendidikan perilaku untuk mengubah kebiasaan masyarakat.